Gitar Tak Bersenar
Adakah sebuah benda yang mampu menenangkanmu ?
Oh tolong, jangan berpikir negatif dulu tentang perkataanku ini. Maksudku, benda yang selalu menemanimu, teman disaat senang ataupun sedih.
Hampir semua dari waktu luang yang kumiliki kuhabiskan bersamanya.
Gitarku. . .
Aku dan dia sama. Irama hatiku pun adalah irama senar-senarnya. Untaian-untaian perasaanku, ku curahkan melalui petikan-petikan nada pada gitarku.
Aku memang gadis yang tertutup, pendiam, dan lebih banyak menghabiskan waktu sendirian. Aku menyenangi suasana yang tenang, dengan alunan musik nan indah.
Dan gitarku adalah satu-satunya benda di muka bumi ini yang mampu membuatku damai, satu-satunya teman yang mengetahui secara detail, gadis seperti apakah aku ini.
Mungkin, buatmu ini terlalu berlebihan, tapi kau harus tau bahwa ini adalah realita yang menyedihkan.
Bagaimana tidak ????
Aku kesepian, aku sendirian . . .
Aku tidak punya saudara laki-laki atau pun perempuan untuk teman bermain, belajar, atau bercanda-tawa.
Aku tidak punya saudara kandung tempat berbagi dan bertukar pikiran.
Bahkan, yang lebih menyedihkan lagi, ibu tak pernah punya waktu untukku.
Dia tak pernah bersamaku. Ibu terlalu sibuk dengan urusan-urusannya.
Maklum saja, ibuku adalah seorang guru di salah satu sekolah swasta bertaraf Internasional. Profesinya itu membuat ibu harus ekstra kerja keras untuk mendidik anak didiknya. Tak pernah kenal waktu. Sampai larut malam pun, ibu masih sibuk dengan pekerjaannya.
Aku pikir, betapa berlebihannya sikap ibu itu. Pekerjaan sampai menyita waktu istirahatnya yang singkat.
Walaupun, disudut hatiku yang lain, menyimpan kekaguman yang dalam pada ibuku.
Seorang "Arsitek Jiwa" yang melaksanakan kewajibannya sepenuh hati.
Sosok guru yang sangat dibutuhkan untuk zaman"Krisis Sosial" seperti sekarang.
Tapi, tetap saja aku kesal dengan sikap ibu. Mengorbankan kebersamaan bersamaku untuk pekerjannya.
Efek dari kecemburuankah ini ? ??? Yah, aku rasa. . .
Aku tak tau, sore ini firasatku buruk. Kulangkahkan kaki secepat mungkin, agar lekas tiba di rumah.
" Apa kau tak merasa lelah berjalan secepat ini ? " tanya Mantha, sewaktu ia melihatku berjalan.
" Tidak" jawabku singkat.
Aku pergi meninggalkan Mantha tanpa sedikitpun penjelasan tentang sikapku itu.
Saat tiba di rumah aku langsung ke kamar untuk memastikan firasatku ini.
Dimana gitarku ????
Aku mencarinya ke setiap sudut kamarku, namun tak kunjung kutemukan.
Ibu menemuiku di kamar dan mengatakan bahwa dia lah yang memindahkan gitarku ke gudang.
Katanya, gitarku hanya parasit saja, yang membuat aku membuang-buang waktuku.
Lagipula pikirnya, remaja sepertiku seharusnya bermain dengan teman sebayaku, dan bersosialisasi dengan mereka.
Bukan malah mengurung diri di kamar dan memainkan gitar kuno itu.
Berulang kali aku memohon pada ibu untuk mengembalikan gitarku. Bahkan aku menangis hanya untuk sekedar meminta gitarku kembali.
Sayang, memang itulah ibu. Tak pernah mengerti aku. Aku sangat membutuhkan gitar itu, hanya dia yang dapat menemani hari-hariku yang sepi.
Ibu, apa ibu pernah seharian penuh berada disampingku?? Ketika aku terlahir pun, ku yakin ada waktu luang yang ibu pergunakan untuk pergi meninggalkanku.
Namun, ibu tetap bersikukuh dengan keputusannya. Menyedihkan. . .
Terpaksa, setiap jam bila aku tidak memiliki kesibukan yang berkaitan dengan sekolahku, aku pergi ke gudang untuk melihat keadaan gitarku. Apakah dia baik-baik saja??
Satu yang menjadi pantangan buatku. Aku tak pernah berani membantah perkataan ibu. Walaupun, perkataannya bertentangan 360 derajat dengan hati nuraniku.
Aku tetap mematuhinya. Aku tak tahu mengapa, sejak kepergian ayah, semuanya terasa berubah, seakan aku mendapat amanat untuk menjaga ibu selamanya.
Selamanya. .
Malam ini, tak seperti malam-malam biasanya.Malam sudah selarut ini tapi sulit sekali buatku memejamkan mata.
Padahal besok pagi, aku harus bangun lebih awal dari biasanya. Aku ingin berlari pagi untuk menyegarkan pikiranku yang kacau karena gitarku.
Oh Tuhan, apa yang terjadi denganku. Mengapa pikiranku bertambah kacau, bayangan gitarku menghantuiku.
Menghantui setiap pandangan mataku.
Terdengar olehku suara senar gitarku yang saling beradu menyuguhkan nada-nadanya yang indah.
Gitarku, tapi siapa yang memetik senar-senarnya ???
Sumber suara itu terdengar sangat jelas, seperti ada disebelah kamarku.
Ibu ???? Apakah mungkin ibu yang melakukannya ??? tanyaku dalam hati.
Aku bergegas keluar kamar, untuk melihat kamar ibu. Perlahan-lahan tapi pasti kulangkahkan kaki sambil mengintip ibu di kamarnya.
Hal yang membuatku terkejut, kudapati ibu tengah asyik memainkan gitar.
Ternyata ibu juga memainkan gitarku. Ibu terlihat sangat menikmatinya, dinyanyikannya sebuah lagu sendu yang membuat aku semakin bertanya-tanya.
Tapi, kenapa ibu melarangku ?? Apa yang terjadi ???
Ingin rasanya ku tanyakan hal ini pada ibu seketika itu juga, tapi kuurungkan niatku, karena aku yakin, ibu pasti tidak akan menjawab pertanyaanku.
Kuyakin ibu akan berseloroh dan mengucapkan berbagai alasan yang klise.
Esok harinya, aku memikirkan berbagai cara untuk mengetahui rahasia ibu.
Rahasia mengapa ibu melarangku memainkan gitarku.
Seperti biasa, sore hari aku membersihkan rumah kemudian membersihkan kamar-kamar yang ada.
Kubereskan kertas-kertas yang berserakkan di kamar ibu, berharap bisa menemukan sebuah tanda atau apapun itu yang bisa menjelaskan pertanyaanku ini.
Sebuah bingkai foto yang lusuh kutemukan dibawah tempat tidur sewaktu aku merapikan tempat tidur ibu.
Didalamnya terdapat foto ayah sedang memegang sebuah gitar bersama ibu.
Kemesraan yang kini hanya tinggal kenangan.
Oh Tuhan, apa ibu masih juga tak bisa melupakan ayah ??
Sekarang aku mengerti mengapa ibu melarangku memainkan gitar.
Karena hal itu hanya membuat ibu mengingat ayah.
Mengingat pria yang sangat dicintainya pergi meninggalkan dia demi wanita lain.
Wanita yang tidak lebih baik dari ibu.
Terpatri janji dalam hatiku, tidak akan mengingat gitar itu lagi.
Tidak akan memetik senar-senarnya lagi.
Tidak akan memainkan gitar itu lagi.
Aku tak mau melihat ibu bersedih. Aku ingin hanya kebahagiaan yang terpancar di wajahnya.
Aku menyayangimu ibu.
Ayah, taukah kau ibu sangat menyayangimu, dan masih menyayangimu hingga saat ini ?????
3 komentar:
selamat membaca...
mantapppp.........
merci . . :)
Posting Komentar